Contoh Kasus Budaya Organisasi yang dapat
mempengaruhi Perilaku Etis
Sebagai contoh,
Wal-Mart memiliki pedoman yang tegas sehubungan dengan perilaku etis karyawan.
Siapa saja yang menerima sesuatu yang berharga (makan malam, uang tip, dan
sebagainya) dari perusahaan yang memiliki hubungan usaha dengan Wal-Mart, akan
segera diberhentikan. Bahkan karyawan Wal-Mart tidak mengijinkan perwakilan
perusahaan lain membelikan mereka secangkir kopi. Selanjutnya, untuk mendorong
karyawan berperilaku etis, maka semua pemasok dan mitra dagang Wal-Mart diminta
untuk melakukan transaksi dengan karyawan Wal-Mart diruang kaca sehingga dapat
dilihat oleh setiap orang yang berjalan melewati lobby kantor pusat. Terakhir,
di dinding setiap ruang kaca tersebut dihiasi dengan poster bertuliskan,
“barang apa saja yang diterima (dari pemasok dan mitra dagang) akan dikembalikan
atas biaya si pengirim”.
Perilaku menejemen
yang tidak etis terjadi bila mana manajer secara pribadi melanggar
prinsip-prinsip benar dan salah yang telah disepakati. Wewenang dan kekuasaan
yang melekat pada beberapa posisi manajemen dapat mendorong manajer untuk
terlibat dalam tindakan tidak etis. Karena manajer sering kali menguasai
sumber-sumber daya perusahaan, maka terdapat resiko dimana beberapa manajer
dapat menyalahgunakan pemakaian yang sah atas sumber-sumber daya tersebut untuk
kepentingan pribadi. Seperti misalnya, mengajak tamu untuk makan malam adalah
umum dan kegiatan yang sah diberbagai perusahaan. Akan tetapi, jika manajer
meminta karyawan untuk membantu pekerjaan pribadi seperti mengambil pakaian
manajer di binatu, adalah
perilaku yang tidak etis.
Menangani informasi
adalah salah satu bidang dimana manajer harus berhati-hati dalam berperilaku
etis. Informasi adalah suatu bagian penting dari pekerjaan manajemen. Manajer
mengumpulkan, menganalisis,
melakukan tindakan, dan menyebarkannya. Mereka juga diharapkan untuk memperoleh
informasi yang benar dan jika diperlukan, menyimpan informasi rahasia.
Membocorkan rahasia perusahaan kepada pesaing memainkan angka, menyembunyikan
informasi atau berbohong merupakan beberapa kemungkinan penyalahgunaan
informasi yang dipercayakan kepada manajer. Sebagai contoh, di Hongkong, “Ba
Dan” secara harfiah berarti lembar putih. Di divisi Bausch & Lomb’s
Hongkong, manajer menggunakan istilah “Ba Dan” untuk angka penjualan palsu yang
mereka kirim kepada kantor pusat setiap bulan. Untuk mempertahankan
kedudukannya sebagai divisi internasional Bausch & Lomb’s yang teratas,
manajer Hongkong memalsukan angka penjualan untuk pelanggan asia tenggaranya.
Kemudian untuk membuat agar angka palsu itu terlihat sebagai penjualan yang
asli, mereka mengirim produknya ke gudang pelanggan yang palsu. Bausch &
Lomb’s menggunakan auditor keuangan perusahaan ditambah departemen keamanan
internal yang dikelola oleh mantan agen rahasia dan mantan perwira polisi untuk
mengadakan operasi “sengat” untuk menangkap karyawan yang melakukan kenakalan
“Ba Dan” di Hongkong.
Bidang ketiga dimana
manajer harus berhati-hati jika hendak menerapkan perilaku etis adalah cara
mereka mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahan mereka. Pekerjaan
manajerial memberikan kekuasaan yang besar untuk mempengaruhi orang lain. Jika
manajer meminta karyawan melakukan tindakan tidak etis (atau menghadapi
perilaku kasar), seperti “memalsukan angka untuk mendapatkan hasil”, maka mereka
menyalahgunakan wewenang manajerial. Hal ini kadang-kadang disebut sindroma
“kerjakan atau keluar.” Sindroma dijumpai apabila seorang manajer mengatakan
kepada karyawannya, “kerjakan, karena anda dibayar untuk itu. Jika anda tidak
dapat mengerjakannya, kami akan mencari orang lain yang dapat mengerjakannya.”
Menetapkan sasaran
adalah cara lain yang digunakan manajer untuk mempengaruhi perilaku karyawan
mereka. Seperti misalnya, di Bausch & Lomb yang mendapat tekanan yang
sangat besar untuk mencapai kenaikan pendapatan dua angka setiap tahun. Seorang
mantan pimpinan perusahaan berkata, “sekali anda menyetujui jumlah target
penjualan anda, anda diharapkan untuk mencapainya,” tanpa alasan. Tekanan untuk
mencapai angka penjualan begitu besar, sehingga Bausch & Lomb mengatakan
kepada pembeli bahwa mereka bias memperoleh produk kacamata dan lensa kontak
Bausch & Lomb yang terbaik hanya jika mereka juga membeli produk lainnya
yang kurang laku dan tidak mereka butuhkan. Kemudian saat pesaing muncul dengan
lensa kontak yang dapat dibuang, Bausch & Lomb dengan mudah menawarkan
lensa kontak biasa yang telah dipasarkan selama 15 tahun, kemudian mengganti
kemasannya dan menjualnya kepada konsumen sebagai produk baru yang juga dapat
dibuang.
Sumber: http://manajemenkelompoktiga.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar